Melawan Takdir di Anfield: Pulangnya Sang Legenda dan Sang Anak Emas dalam Balutan Seragam Musuh
ANFIELD, 4 November 2025—Anfield Road Stand yang megah dan baru direnovasi tidak pernah terasa sekosong ini bagi Xabi Alonso dan Trent Alexander-Arnold. Kunjungan Real Madrid ke markas Liverpool dalam duel fase liga Liga Champions dini hari ini, pukul 03.00 WIB, bukan sekadar persaingan antarklub Eropa; ini adalah sebuah skenario yang mempertemukan kembali tiga garis waktu yang sangat terkait dengan sejarah The Reds, semuanya di bawah bendera musuh.
Ikatan Batin Melawan Tuntutan Profesional
Duel klasik ini menjadi magnet emosional terbesar di matchday ke-4. Sorotan pertama tertuju pada Xabi Alonso, sang gelandang peraih gelar “Istanbul 2005” yang kini memegang kendali penuh di kursi pelatih Real Madrid. Kepulangan Alonso adalah momen yang ditunggu-tunggu, diselimuti rasa nostalgia mendalam. Alonso, sang arsitek yang cerdas, memilih menahan timnya untuk tidak berlatih di Anfield, langkah yang diinterpretasikan sebagai upaya mind games sekaligus penghormatan mendalam agar timnya tidak terganggu sorotan kamera Inggris dan menodai kesakralan lapangan.
“Rasanya luar biasa. Setelah beberapa tahun, kembali ke sini selalu istimewa. Anfield Road Stand yang baru terlihat menakjubkan,” tutur Alonso, menyalurkan penghormatan tulus di tengah persiapan yang tegang. “Bermain di Anfield adalah tantangan besar, tetapi ini adalah momen besar yang kami nantikan.”
Drama semakin kental dengan hadirnya Trent Alexander-Arnold. Lahir dan dibesarkan oleh akademi Liverpool, Alexander-Arnold kembali sebagai lawan untuk pertama kalinya sejak kepindahan kontroversialnya ke Madrid pada musim panas 2025. Terlepas dari cap “pengkhianat” yang disematkan beberapa pihak, sang anak emas dengan tegas menyatakan ikatan emosionalnya tak akan pudar.
“Saat undian diumumkan, semua orang seolah tahu ini akan terjadi. Rasanya memang sudah ditakdirkan,” ungkap Alexander-Arnold, menyuarakan dilema di hatinya. “Saya akan selalu mencintai klub ini… Perasaan saya terhadap Liverpool tidak akan berubah. Meskipun belum meraih hasil positif akhir-akhir ini, Liverpool tetaplah tim papan atas. Tidak ada satu pun dari kami yang berpikir akan berjalan mudah.”
Ia bahkan memastikan diri tidak akan melakukan selebrasi jika berhasil membobol gawang klub masa kecilnya, menjadikan setiap sentuhannya di lapangan terasa penuh makna.
Reuni Murid dan Mentor
Alonso juga membawa serta ‘lingkaran takdir’ lain. Dua mantan pemain andalannya di Bayer Leverkusen, Florian Wirtz dan Jeremie Frimpong, kini berada di tim Liverpool (walaupun Frimpong dilaporkan cedera). Kehadiran mereka seolah menjadi penghubung tak terucapkan antara masa lalu dan masa kini Alonso di kancah sepak bola.
Kepentingan Krusial di Klasemen
Pertarungan ini memiliki dampak signifikan pada peta persaingan Liga Champions. Kemenangan bagi Los Blancos akan menjamin tempat mereka di zona teratas, sementara tiga poin penuh bagi Liverpool sangat krusial untuk mendongkrak posisi mereka ke zona aman Liga Champions yang sangat kompetitif. Pertarungan malam ini adalah penentuan apakah ikatan emosional akan mengalahkan hasrat untuk meraih kemenangan di laga hidup-mati Eropa.